Manusia dengan bebasnya untuk menghakimi orang lain seperti apa kata mereka. Sedangkan mereka melihat berdasarkan dari sudut pandangnya sendiri. Padahal bisa jadi berbeda antara satu orang dengan orang lain apalagi berurusan dengan kepribadian seseorang. Orang-orang sangat unik dengan sudut pandangnya tersebut karena kebenaran dalam memberi label terhadap seseorang adalah abu-abu.
Lelah jika harus meng-iya-kan apa kata orang lain dengan perbedaan pikiran masing-masing. Seringnya mendengarkan orang lain dapat menyebabkan kurangnya mendengarkan diri sendiri. Akal sehat adalah dimana letak orang mau berpikir mau menganalisa mau berusaha, namun terkadang terhambat dengan egoisme diri untuk meluapkan buah pikiran yang belum mereka cerna dengan baik.
-
-
Bagi Saya kekurangan adalah kondisi dimana we have to control it tapi bukan dengan menghilangkannya. Sehebat apa kita untuk merubah kekurangan akan timbul kekurangan lainnya, so, stay focus on kelebihan dan kendalikan kekurangannya. Be brave to be yourself karena semua jenis kepribadian adalah spesial. Mau otak kanan, otak kiri, introvert maupun extrovert sama saja. Yang perlu di garis bawahi adalah dirimu itu siapa? Analoginya adalah jika kita tidak tau diri kita siapa, bagaimana kita memperkenalkan diri kita ke orang lain.
Lelah jika harus meng-iya-kan apa kata orang lain dengan perbedaan pikiran masing-masing. Seringnya mendengarkan orang lain dapat menyebabkan kurangnya mendengarkan diri sendiri. Akal sehat adalah dimana letak orang mau berpikir mau menganalisa mau berusaha, namun terkadang terhambat dengan egoisme diri untuk meluapkan buah pikiran yang belum mereka cerna dengan baik.
-
Label terhadap diri ini sudah sangat banyak yang kemudian hal tersebut membuat saya tidak berani mengekspresikan diri karena takut salah. Perjalanan menemukan diri memang susah, transisi membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan survive dengan keputusan yang beresiko. Memulai dengan menerima celaan beberapa orang dan kemudian mulai belajar tentang diri Saya sendiri. Merenung, membaca artikel dan berdoa.
Seiring waktu Saya sangat ingin bertemu dengan psikolog untuk sharing apa diri ini cukup bermasalah dengan kepribadian yang sangat tidak wajar bagi orang-orang sekelilingnya. Karena dengan konsumsi bacaan hanya menimbulkan self-diagnosis. Alhasil Saya menemukan suatu platform media sosial yang mana mereka memberi label terhadap orang dengan mesin melalui sidi jari orang tersebut.
Namun sebelum di periksa, Saya bercerita bersama pemeriksanya yaitu Mbak Zia. Awalnya merasa bahwa saya adalah introvert karena lebih suka dan nyaman di kamar serta bisa tidak ber-interaksi dengan manusia hingga satu mingguan, itu pun berdasarkan beberapa artikel yang Saya baca dan kemudian Saya cocokkan dengan kebiasaan yang sering saya lakukan. Tapi Mbak Zia mengatakan bahwa itu bisa jadi salah karena tidak semua orang yang suka dan nyaman di kamar itu adalah introvert. Setelah selesai dan menunggu hasil sekitar lima menit, hasilnya adalah feeling introvert.
Seiring waktu Saya sangat ingin bertemu dengan psikolog untuk sharing apa diri ini cukup bermasalah dengan kepribadian yang sangat tidak wajar bagi orang-orang sekelilingnya. Karena dengan konsumsi bacaan hanya menimbulkan self-diagnosis. Alhasil Saya menemukan suatu platform media sosial yang mana mereka memberi label terhadap orang dengan mesin melalui sidi jari orang tersebut.
Namun sebelum di periksa, Saya bercerita bersama pemeriksanya yaitu Mbak Zia. Awalnya merasa bahwa saya adalah introvert karena lebih suka dan nyaman di kamar serta bisa tidak ber-interaksi dengan manusia hingga satu mingguan, itu pun berdasarkan beberapa artikel yang Saya baca dan kemudian Saya cocokkan dengan kebiasaan yang sering saya lakukan. Tapi Mbak Zia mengatakan bahwa itu bisa jadi salah karena tidak semua orang yang suka dan nyaman di kamar itu adalah introvert. Setelah selesai dan menunggu hasil sekitar lima menit, hasilnya adalah feeling introvert.
Langsung Saya di ketawain sama Mbak Zia dengan menyebut diri saya adalah jowo (kata sifat). Ketika itu masih agak speechless mau ngomong apa, memang benar ternyata introvert namun Saya merasa bahwa otak kiri lebih dominan dari pada otak kanan. Sekali lagi Saya di ketawain Mbak Zia dengan kata, "dasar sungkanan, ya kan?". Begitu cakap perbincangan kita padahal baru ketemu beberapa menit yang lalu, seakan akan Mbak Zia sudah sudah mengenal Saya sejak lama. Beberapa nasihat juga terucap dari Mbak Zia, dan Saya juga harus menerima diri Saya sebagai feeling introvert.
Baik itu feeling, thinking ataupun insting, semua tipe mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada yang lebih unggul maupun lebih rendah, semua tipe kecerdasan manusia adalah sama. Yang membuat berbeda adalah usaha manusia tersebut untuk mengasah kemampuan dan belajar tentang diri mereka sendiri.
Suatu hari Saya menceritakan hal ini terhadap Eyang Harmani. Respon beliau seperti biasanya dengan nada menasihati, "keluarlah dari hal itu". Awalnya kaget karena menurut Saya ini adalah suatu hal yang seru untuk di bahas. Namun kita juga harus tau bahwa tanggapan orang bisa tidak sesuai dengan harapan kita. Apa yang menurut kita cantik belum tentu sama dengan orang lain.
Namun mantra kehidupan yang Saya dapatkan dari Eyang dan saya pegang hingga saat ini adalah, "lihatlah orang dengan sudut pandangya", jadi apapun respon mereka harus di telaah terlebih dulu. Saya mengartikan tanggapan Eyang tentang tipe kepribadian yang sebelumnya Saya ceritakan adalah jangan stagnan. Artinya semua orang bisa menjadi apapun dan siapapun tanpa harus ada pagar yang membatasi. Karena eyang juga kelahiran 40an jadi memang ada perbedaan berpikir antara Saya dan Eyang. Namun itu tidak menjadikan Saya memaksa Eyang untuk memberikan respon yang Saya inginkan.
Suatu hari Saya menceritakan hal ini terhadap Eyang Harmani. Respon beliau seperti biasanya dengan nada menasihati, "keluarlah dari hal itu". Awalnya kaget karena menurut Saya ini adalah suatu hal yang seru untuk di bahas. Namun kita juga harus tau bahwa tanggapan orang bisa tidak sesuai dengan harapan kita. Apa yang menurut kita cantik belum tentu sama dengan orang lain.
Namun mantra kehidupan yang Saya dapatkan dari Eyang dan saya pegang hingga saat ini adalah, "lihatlah orang dengan sudut pandangya", jadi apapun respon mereka harus di telaah terlebih dulu. Saya mengartikan tanggapan Eyang tentang tipe kepribadian yang sebelumnya Saya ceritakan adalah jangan stagnan. Artinya semua orang bisa menjadi apapun dan siapapun tanpa harus ada pagar yang membatasi. Karena eyang juga kelahiran 40an jadi memang ada perbedaan berpikir antara Saya dan Eyang. Namun itu tidak menjadikan Saya memaksa Eyang untuk memberikan respon yang Saya inginkan.
-
Dari proses itu Saya mulai belajar untuk berani mengekspresikan diri dan berani untuk di benci karena telah menjadi diri sendiri. Akan ada banyak orang di luar sana yang selalu protes dengan kepribadian kita. Karena orang tidak mudah menelaah kebiasaan atas kepriadian orang lain. Maksudnya adalah dimana sebab orang marah itu ada faktornya, sebab orang menangis itu kenapa, dan ungkapan emosional lainnya.
Saya tidak masalah untuk sering di salahpahami atas diri ini. Dan pun tidak menyalahkan orang lain karena mereka pada dasarnya tidak mengenal diri saya. Tapi Saya berusaha tidak meminta maaf terhadap kekurangan ini dan mencoba untuk mereda emosi diri sendiri bahwa dengan kekurangan yang Saya miliki adalah bagian dari sisi yang harus Saya terima.
Saya tidak masalah untuk sering di salahpahami atas diri ini. Dan pun tidak menyalahkan orang lain karena mereka pada dasarnya tidak mengenal diri saya. Tapi Saya berusaha tidak meminta maaf terhadap kekurangan ini dan mencoba untuk mereda emosi diri sendiri bahwa dengan kekurangan yang Saya miliki adalah bagian dari sisi yang harus Saya terima.
Bagi Saya kekurangan adalah kondisi dimana we have to control it tapi bukan dengan menghilangkannya. Sehebat apa kita untuk merubah kekurangan akan timbul kekurangan lainnya, so, stay focus on kelebihan dan kendalikan kekurangannya. Be brave to be yourself karena semua jenis kepribadian adalah spesial. Mau otak kanan, otak kiri, introvert maupun extrovert sama saja. Yang perlu di garis bawahi adalah dirimu itu siapa? Analoginya adalah jika kita tidak tau diri kita siapa, bagaimana kita memperkenalkan diri kita ke orang lain.
Wrote by Ruchah